Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Punakawan, Urutan, Ciri-Ciri dan Wataknya

Hal yang sering dinantikan ketika pagelaran wayang adalah kemunculan Punakawan yang sering bertingkah lucu dalam sesi goro-goro. Punakawan sendiri merupakan tokoh yang diciptakan oleh para wali di tanah Jawa yang bertujuan untuk menyampaikan dinamika / problematika yang terjadi di tengah masyarakat. Karena muncul dari kearifan lokal, kita tidak akan bisa menjumpai tokoh ini di cerita pewayangan versi India. Kejeniusan para wali terbukti dengan terciptanya tokoh punakawan yang bisa dengan leluasa bertingkah dan bertutur secara fleksibel sehingga memudahkan dalam menyampaikan pesan-pesan tertentu kepada masyarakat. Hal ini bisa kita temukan baik di kisah Lokapala, Ramayana, Mahabharata, Baharatayuda maupun cerita sempalan yang lainnya.

punakawan

Pengertian Punakawan

Ada beberapa pengertian mengenai asal-usul kata punakawan. Salah satunya mengartikan punakawan dari kata "puna" yang berarti paham, dan "kawan" yang berarti sahabat atau teman. Jadi apabila kedua kata itu digabungkan punakawan bisa diartikan sahabat atau teman yang bisa memahami. Memahami disini bukan hanya sekedar mengerti, namun juga bisa memberikan jalan keluar atau solusi apabila tokoh yang lain sedang mengalami permasalahan.

Ada pula yang berasumsi bahwa punakawan berasal dari kata puna yang berarti terang, dan kawan yang memiliki arti teman atau saudara. Dari kedua kata tersebut dapat diartikan bahwa punakawan adalah teman / sahabat / saudara yang senantiasa mengajak kita untuk menuju ke arah / jalan terang atau jalan kebaikan.

Secara berurutan, punakawan itu terdiri dari : Semar ( Bapak Punakawan ), Gareng, Petruk dan Bagong. Punakawan sendiri memiliki arti lain yakni : abdi setia. Disebut abdi setia karena tugas dari punakawan adalah mengabdi kepada ksatria yang berbudi baik seperti halnya pandawa. Mereka mengasuh, memberi nasehat dan mendampingi para ksatria dalam menjalankan tugasnya agar bisa berjalan dengan baik. 

Bila kita perhatikan, kemunculan keempat tokoh ini seringkali digambarkan sebagai kelompok penebar humor dengan gayanya masing-masing. Selain itu kata-kata satire juga kerap muncul sebagai bentuk ungkapan mereka terhadap kondisi rakyat yang sedang terjadi. Hal itu mungkin tidak akan bisa dilakukan oleh dalang sebagai sutradara dan pengatur jalannya cerita wayang apabila menganut konsep wayang asli dari India yang terkesan kaku. Berikut ini merupakan urutan tokoh punakawan, beserta dengan ciri dan wataknya : 



Semar

Semar merupakan bapak dari tokoh punakawan lainnya. Dalam kisah Mahabarata versi Jawa, oleh sang pencipta lakon, Semar adalah sebagai tokoh yang memiliki peran multidimensi, diantaranya : Membawa misi kerakyatan, penumpas kejahatan, guru bagi ksatria dan punakawan lain, penghibur, penasihat atau pelipur lara.  Semar sendiri merupakan penjelmaan dari Batara Ismaya, dimana semua dewa tunduk kepada Ismaya. Disatu sisi ia adalah seorang rakyat jelata, pelayan yang patuh pada perintah para ksatria, namun disisi lain sebenarnya dia lebih tinggi dari raja para dewa sekalipun.

Pandawa sangat menghormati Semar karena Semarlah pemilik pusaka kerajaan Kalimasada. Pusaka itu dipegang oleh raja Yudisthira alias Samiaji sebagai barang titipan. Karena ada Semar, Pandawa selalu terhindar dari malapetaka. Bentuk badan Semar yang tambun bukan tanpa sebab. Akibat perselisihan dengan saudara-saudaranya dalam menggantikan posisi Sangyang Tunggal, akhirnya diputuskanlah untuk beradu kekuatan. Dimana dia dan saudara-saudaranya berlomba memakan gunung yang paling besar. Barangsiapa bisa menelan gunung yang paling besar, ialah yang berhak menjadi pemimpin. Beberapa saudaranya gagal dalam menelan gunung sampai tiba giliran Semar.

Semar kemudian menelan gunung yang besar sekaligus. Saking rakusnya dia tidak mempedulikan giginya yang rontok karena mengunyah gunung yang masuk dalam mulutnya, bahkan sampai tersisa satu biji gigi di bagian depan. Akibatnya perut Semar menjadi buncit karena gunung yang ia telan.


Gareng

Gareng merupakan tokoh punakawan urutan kedua dan merupakan anak Semar yang memiliki arti hati yang kering. Semar pertama kali bertemu dengan Gareng pada saat dia berwujud sebagai raksasa. Saat itu dia bersama dengan Petruk bertempur dan membuat onar di Kahyangan. Berkat kesaktian Semar akhirnya Gareng dan Petruk bisa dikalahkan kemudian menjadi anak angkatnya dan dengan setia mengikuti Semar. Gareng memiliki ciri-ciri mata yang juling yang berarti dia tidak tergoda hawa nafsu duniawi. Tangannya cacat yang menandakan dia tidak mengingini apa yang bukan menjadi haknya serta kaki yang pincang yang menandakan dia akan selalu berusaha berhati-hati dalam bertindak.

Sebagai seorang pelayan Gareng hanya mau mengabdi kepada ksatria yang baik hatinya. Dia tidak segan memberikan petuah-petuah bijak kepada tokoh wayang lainnya meskipun kata-kata tersebut dia dapat dari Semar. Dalam salah satu cerita wayang, dia dikisahkan pernah menjadi ratu / raja akibat ingin membalas rasa sakit hatinya kepada Arjuna


Petruk

Nama asli Petruk adalah Mercu Panyukilan seorang raja gandarawa raksasa dari pertapaan Kembangsore yang berperilaku congkak dan sombong. Petruk dan Gareng dalam wujud raksasa pernah mengacaukan kahyangan dan berhasil dikalahkan oleh Semar. Dalam perkelahian menghadapi Semar, punggung dari Petruk berhasil dipukul sehingga punggungnya berbentuk bengkok. Sedangkan hidungnya yang panjang juga diakibatkan oleh ulah Semar yang menarik hidungnya sampai memanjang. Setelah bertobat dan mengikuti Semar, Petruk mempunyai sebutan lain yakni Kanthongbolong yang melambangkan perubahan watak buruk menjadi pribadi yang suka memberi walaupun dia sedang kesusahan. Dia lebih mementingkan kerukunan hidup dibandingkan dengan kemewahan duniawi yang bersifat sementara.

Petruk memiliki karakter yang lebih cerdas bila dibandingkan dengan tokoh punakawan lainnya. Dengan kecerdasannya itu, dia bisa berfikir secara realistis dimana dia seringkali beradu argumen dengan Semar yang kerap berbicara hal-hal yang terlalu filosofis. Petruk juga pandai menari dan menyanyi serta dikenal sebagai pribadi yang usil. Petruk juga pandai mengambil hati orang lain, sehingga bisa membangun kedekatan secara psikologis dengan banyak ksatria.


Bagong

Bagong merupakan punakawan urutan terakhir serta anak bungsu dari Semar. Tokoh yang satu ini tercipta dikarenakan pada saat itu terjadi perselisihan antara Gareng dan Petruk tentang siapa yang menjadi anak sulung. Apabila menurut usia maka Petruk lebih tua dibandingkan Gareng, namun apabila berubah wujud menjadi jelek, maka gareng bisa mengalahkan Petruk. Perselisihan keduanya semakin sengit bahkan sampai menimbulkan perkelahian. Semar kemudian mengambil jalan tengah supaya kedua anak angkatnya tersebut kembali rukun. Semar kemudian bertapa dan berdoa supaya bayangannya berubah menjadi manusia. Permintaannya kemudian terkabul. Bayangan tersebut menjadi manusia seperti dirinya. Manusia tersebut diberi nama Bagong dan diangkat menjadi anak bungsu. Sejak saat itulah Gareng dan Petruk bisa menerima kenyataan.

Bagong memiliki sifat yang polos, lugu, jujur mengatakan apa adanya sehingga tingkah lakunya cenderung kekanak-kanakan namun terkadang menjengkelkan. Bicaranya selalu tepat dengan apa yang terjadi dan apa adanya. Ia juga lucu dalam gerak-gerik, jenaka dan menghibur.


Demikianlah sedikit uraian tentang tokoh punakawan dalam pagelaran wayang. Semoga bisa menambah wawasan kita dan terimakasih telah berkunjung. 

Posting Komentar untuk "Mengenal Punakawan, Urutan, Ciri-Ciri dan Wataknya"