Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gareng, Ciri-Ciri, Watak, Filosofi dan Ceritanya

Pernah tidak mendengar cerita tentang wayang Gareng menjadi ratu ?? Jika selama ini kita beranggapan bahwa hanya Petruklah tokoh Punakawan yang pernah menjadi ratu, maka anggapan itu kurang tepat. Pasalnya dalam suatu lakon, Gareng pernah menjadi raja / ratu di negara yang bernama Paranggumiwang, yang kala itu diperintah oleh Dewi Sembadra dengan gelar Prabu Badrakalingga. 

gambar wayang Gareng

Di artikel kali ini kita tidak hanya akan membahas cerita tentang Gareng saja, melainkan juga tentang ciri-ciri tokoh wayang Gareng, watak, filosofi, asal muasal dari Gareng itu sendiri dan lakon atau ceritanya.

 

Ciri-Ciri Gareng

Gareng memiliki beberapa nama, diantaranya : Ki Lurah Nala Gareng, Cakrawangsa, Cekruktruna, Pancalpamor, Pegatwaja, Jawirajambon, Prb. Pandhupergola. Selain itu dia juga memiliki nama kecil yakni R.Percukilan / Marcukilan / Bambang Sukskati. Gareng bertempat tinggal di Padhukuhan Bluluktiba, dan memiliki ayah kandung yang bernama Gandarwa Rajabali / Begawan Sukskadi.

Gareng memiliki ciri-ciri, menggunakan busana yang sederhana yakni irah-irahan gundhulan, gelang dengan dhagelan, kalung dhagelan berupa kepingan uang koin, kerang dan lain sebagainya. Gareng memiliki mata juling, hidung terong glathik, bentuk mulut nyumlik, bentuk rambut kucir, bentuk jari tangan nuding, gegeman dan dhagelan, arah wajah luruh / lanyap dan posisi kaki jangkah. Sunggingan badan berwarna emas atau putih. Gareng memiliki bentuk badan kecil, berpostur kurus, pendek dan memiliki suara yang cukup melengking. Ciri khas Gareng adalah memiliki bentuk tangan yang cacat, kaki yang pincang dan mempunyai penyakit kaki patek / frambusia. Apabila berjalan atau melangkah Gareng akan berjingkat-jingkat.

    

Watak Gareng

Gareng memiliki watak pamomong yang berarti bisa bergaul, memahaami dan mengasuh. Gareng memiliki prinsip untuk membela yang benar. dia juga sering memberikan petuah-petuah bijak yang kaya akan nilai filosofis kepada para ksatria Pandawa walaupun nasehat tersebut hanya menirukan pitutur Semar. Sebagai seorang pelayan, dia hanya mau mengabdi kepada ksatria yang memiliki sifat yang baik. Disisi lain, sosok Gareng adalah orang yang suka menyanyi, menari dan bercanda. Watak Gareng yang paling menonjol adalah sifatnya yang penakut dan ngeyel.


  

Asal muasal Gareng

.Gareng adalah anak dari Semar yang berasal dari ciptaan dan dianggap sebagai anak yang pertama. Gareng sendiri memiliki sebutan yakni nala Gareng yang berarti "hati yang kering". Hal ini diungkapkan oleh Semar pada saat bertemu dengannya untuk pertama kali. Saat itu Gareng masih dalam wujud raksasa dari bangsa jin yang tamak bernama Mercu Sukati dari Kerajaan Bluluktiba. Saat Semar bertemu dengan Gareng, kala itu dia sedang bertempur bersama dengan saudaranya yang bernama Mercu Panyukilan melawan dewa-dewa di Kahyangan untuk mencoba merebut kekuasaan. Kala itu dia menyamar sebagai ksatria yang angkuh karena merasa hebat berkat kesaktiannya.

Gareng dan Mercu Panyukilan bertempur melawan dewa-dewa berhari-hari lamanya. Pertempuran yang berlangsung sengit tersebut tidak menunjukkan mana yang menang dan mana yang akan kalah. Akhirnya Semar datang melerai kedua belah pihak, namun kedatangan Semarpun tidak digubris oleh Gareng dan Mercu Panyukilan.

Sampai pada akhirnya Semar kehilangan kesabaran dan dengan kesaktiannya dia berhasil menjambak kedua raksasa tersebut dan membenturkan kepalanya satu sama lain. Akhirnya mercusakti berubah wujud menjadi manusia jelek rupa karena babak belur dan bertubuh cacat karena dihajar habis-habisan. Menyadari bentuk tubuhnya yang jelek karena dihajar oleh Semar Gareng dan Mercu panyukilan langsung menyesali tindakannya yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Semar pun memberikan nasehat kepada keduanya agar mereka mau merubah sifat buruknya dan bertobat. Pada akhirnya Gareng dan Mercu panyukilan tunduk kepada Semar dan diangkat menjadi anaknya serta dengan setia mengikuti Semar. 


Filosofi wayang Gareng

Gareng memang memiliki bentuk fisik yang cacat, namun dibalik kekurangannya, Gareng ternyata memiliki filosofi tersendiri. Matanya yang juling dianggap sebagai tanda bahwa kini dia tidak tergoda oleh nafsu duniawi. Tangannya yang cacat menandakan dia tidak mengingini hak orang lain yang bukan menjadi miliknya. Kakinya yang pincag menandakan bahwa dia akan selalu berhati-hati dalam bertindak 


Cerita Gareng dadi ratu

Dalam cerita wayang purwa, Gareng dikisahkan pernah menjadi ratu / raja. Di negara Paranggumiwanglah dia berkuasa yang kala itu diperintah oleh Dewi Sembadra. Dikisahkan kala itu Arjuna sedang menjaring ikan wader bersisik di sungai Yamuna untuk menuruti keinginan Dewi Sembadra. Dengan bantuan jala pusaka yang dipinjam dari Batara Indra, serta Gareng yang saat itu setia mengikuti dirinya.

Jala itu tidak sengaja menyangkut kepada seorang raja raksasa bernama pandu Bergola yang kala itu sedang menyelam untuk menangkap ikan. Akhirnya jala itupun dirusak oleh raksasa tersebut. Mendapati jala pusaka rusak, raden Arjuna menyalahkan Gareng . Arjuna menghukum Gareng untuk dihanyutkan di sungai Yamuna. Mmeskipun tokoh Punakawan lainnya melarangnya, Arjuna terlanjur marah sehingga hukuman itu tetap dilaksanakan.

Garengpun hanyut di aliran sungai yamuna dan terdampar pada suatu tempat dimana dia mendapati Dewi Sembadra tengah disandera oleh Prabu pandu Bergola raja raksasa dari negara Anjang Hribig. Setelah Gareng menolong Sembadra, dia menyuruh Gareng untuk mengenakan pakaian Prabu pandu Bergola yang kala itu sedang ditinggalkan di tempat itu. Ketika Prabu Pandu Bergola yang asli muncul, terjadilah pertarungan dengan Gareng. dengan ilmu dan kesaktiannya, Gareng bisa memenangkan pertarungan tersebut.

Dengan pakain yang dikenakan, Gareng menyamar menjadi Prabu Pandu bergola dan membawa Dewi Sembadra kembali menghadap pandawa. Disaat itulah Gareng ingin membalas sakit hatinya kepada Raden Arjuna. Pertempuran melawan Pandawapun berlangsung, namun para ksatria tidak mampu menandingi kesaktian dari Gareng. Akhirnya Prabu Kresana dan Semar datang melerai serta Petruk, Bagong mengeroyok Prabu Bergola palsu tersebut.

Penyamaranpun akhirnya berhasil diungkap oleh punakawan, dan Gareng kelah menghadapi saudara-saudaranya tersebut. Gareng lalu menceritakan duduk permasalahan yang dialaminya. Gareng sakit hati terhadap perlakuan Arjuna yang semena-mena menghukum dirinya. Semua pihakpun akhirnya memaklumi perbuatan Gareng lalu merekapun berdamai.    


Kehidupan Gareng


Gareng dikisahkan memiliki umur yang panjang. Dalam kisah Ramayana dan Mahabharata, dia selalu menyertai ksatria-ksatria yang baik budinya. Gareng selalu hidup dalam kesederhanaan, bertempat tinggal di desa dan hidup bersama dengan rakyat kecil. Di tempat tersebut dia didaulat sebagai seorang lurah. Oleh karenanya, dia sering dipanggil dengan sebutan ki Lurah Gareng. Pekerjaan utamanya mendampingi, mengasuh serta memberikan nasehat-nasehat pada ksatria yang sedang bertapa di tengah hutan.  

Sekian dulu cerita tentang wayang Gareng dari kami. Semoga bisa menambah wawasan kita. Jangan lupa share bilamana artikel ini bermanfaat.

Posting Komentar untuk "Gareng, Ciri-Ciri, Watak, Filosofi dan Ceritanya"