Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

50 Kata Bijak bahasa Jawa terlengkap disertai artinya

Dalam menjalani kehidupan, kita memerlukan kata-kata bijak yang bisa menjadi pegangan bagi diri kita dalam berpikir maupun bertindak. Sebagai contoh kata-kata bijak bahasa Jawa yang penuh dengan petuah dan nasihat bisa kita dijadikan referensi. Hal itu dirasa penting, mengingat kita hidup dalam jaman modern, dimana banyak sekali kita temukan budaya asing yang bisa saja merubah diri kita menjadi pribadi yang hedonis, materialistis dan mementingkan kepentingan diri sendiri dibandingkan dengan kepentingan bersama.

Kata-kata Bijak bahasa Jawa
sumber : pinterest.com

Berbicara mengenai bahasa Jawa. Tidak seperti bahasa pada umumnya yang tidak mengenal tingkatan. Kita bisa mengkategorikan bahasa ini ke dalam beberapa tingkatan. Beberapa tingakatan bahasa Jawa diantaranya : bahasa ngoko, krama, dan krama alus. Selain itu, ada juga bahasa Jawa kuno yang masih bisa temukan dan kita baca melalui beberapa karya sastra tempo dahulu, sebagai contoh Serat Darmawasita, KGPA Mangkunegara IV yang di dalamnya banyak sekali petuah dan kata bijak dalam bahasa Jawa kuno  

Adapun kata bijak Jawa halus sering digunakan terutama di dalam dunia pendidikan moral dan etika. 
Dahulu di bangku sekolah dasar di daerah Jawa Tengah, DIY dan sekitarnya terdapat mata pelajaran bahasa Jawa yang mengajarkan murid-murid tentang seni dan budaya Jawa. Hal ini sangatlah penting bagi generasi muda terutama dalam pembentukan mental dan karakter. Kita jadi mengenal tradisi leluhur kita, mengerti adat istiadat yang dimiliki bangsa kita serta yang paling utama, kita tidak melupakan jati diri kita sebagai orang Jawa. 

Tidak hanya berisi tentang ajaran cinta dan kehidupan saja, beberapa kata bijak Jawa juga mengajarkan kita tentang ilmu, akhlak serta bagaimana kita bisa mendapatkan ilmu secara benar, agar nantinya ilmu itu bisa berguna tidak hanya bagi diri sendiri, melainkan berguna bagi orang lain, bangsa dan negara. 

Seringkali kata mutiara Jawa juga mempunyai bahasa yang lucu dan kadang diluar nalar kita. Seperti "cebol nggayuh lintang, koyo kethek ketulup" dan masih banyak yang lainnya. Kata-kata yang seperti ini justru akan mudah dimengerti dan diingat dibandingkan dengan kata bijak berbahasa Jawa halus lainnya. Selain itu, untuk bisa lebih menarik pembaca, kita bisa menjadikan kata-kata tersebut menjadi sebuah caption keren yang bisa kita bagikan melalui status whasapp, instagram, status di facebook dan jejaring sosial lainnya.

Nah apabila di kesempatan lalu admin membagikan artikel tentang 25 Kata mutiara bahasa Jawa disertai dengan gambar dan artinya. Di kesempatan kali ini, admin akan membagikan sedikit tentang 50 kata bijak bahasa Jawa lengkap disertai dengan artinya. 


50 Kata Bijak Bahasa Jawa Beserta Artinya

Kata Bijak Bahasa Jawa Kuno

Seringkali kita sulit memahami kata bijak dalam bahasa Jawa kuno meskipun kita tinggal dan sehari-hari menggunakan bahasa Jawa. Namun bukan berarti kita tidak bisa mempelajarinya. Berkat ada terjemahan, kita bisa mengetahui pesan moral yang menjadi pegangan hidup leluhur kita suku Jawa, berikut contohnya : 

Aruming jeneng, ngambar-ambar salumahing bumi

Seorang yang berbuat baik, dan hal itu bermanfaat bagi kepentingan umum, tidak perlu membesar-besarkan diri dan berkoar-koar. Namanya akan terdengar dengan sendirinya karena orang lain yang menyebar luaskan sebagai tanda kekagamuman mereka terhadap diri kita. Terlebih hal itu adalah hasil kerja keras kita dan memerlukan keterampilan khusu yang orang lain belum tentu bisa melakukannya. 

Brakithi angkara madu

Kata bijak diatas memiliki arti yakni seorang yang hampir menemui ajalnya dikarenakan kebiasaan dan perbuatannya sendiri. Sebagai contoh, orang yang gagal ginjal karena dia sering mengkonsumsi minuman berbahaya, orang yang menderita infeksi paru kronis karena sering merokok dan masih banyak yang lainnya

Memayu Hayuning Bawana
( Menghiasi alam semesta )
Kata mutiara Jawa ini memiliki arti membuat lebih indah bumi atau alam semesta ini. Selain itu memayu hayuning bawana juga menjadi falsafah hidup orang Jawa. Karena sebagai manusia, kita diwajibkan merawat dan menjadikan alam semesta ini tetap terjaga ekosistemnya

Meneng widara uleran
( Terlihat baik namun sebenarnya buruk )
Hal ini khusunya terjadi tentang bagaimana perilaku seorang terhadap diri kita, dimana perilaku yang mempunyai kesan baik namun sebenarnya ada niat jahat terhadap kita. Oleh karenanya, kita sebaiknya berhati-hati terhadap siapapun, terlebih terhadap orang yang tidak kita kenal sebelumnya


Purwa madya wasana
( Pertama, tengah dan akhir )
Menjelaskan fase hidup manusia. Dimana pada awalnya dia berasal dari ketiada menjadi ada dalam rahim ibunya. Selanjutnya lahir dan hidup di dunia. Pada akhirnya menjadi ke tiada lagi karena meninggal dunia. 



Kata-kata Bijak bahasa Jawa


Kata Bijak Bahasa Jawa Lucu


Kata bijak Jawa yang ada dan kita dengar selama ini kebanyakan menggunakan bahasa Jawa halus serta terdengar bijaksana. Namun ada juga ungkapan Jawa yang terkesan lucu, unik serta membuat orang tertawa apabila mendengarkannya. Kendati terdengar lucu, jangan salah. Terdapat pesan moral dan filosofi yang terkandung di dalamnya, berikut ini kata bijak Jawa yang terdengar lucu dan unik : 

 Aja nguthik-uthik macan turu
 ( Jangan membangunkan macan yang sedang tidur )

Macan atau dalam bahasa Indonesia kita menyebutnya sebagai harimau adalah penguasa hutan. Selain itu harimau dikiaskan sebagai orang yang memiliki tabiat buruk seperti halnya penjahat ataupun pemalak. Oleh karena itu apabila yang bersangkutan tidak membuat keonaran atau kegaduhan, sebaiknya kita jangan membuat masalah. Karena apabila yang bersangkutan diganggu, jelas akan merugikan orang lain karena ulahnya tersebut .

Asu golek balung
 ( Anjing mencari tulang )

Kata bijak diatas memiliki arti yakni seseorang yang bersusah-susah mencari seuatu hal yang tidak ada artinya. Tulang pada umumnya adalah makanan sisa yang dibuang begitu saja. Selain itu ungkapan asu golek balung mengajarkan kepada kita agar kita memiliki cita-cita luhur. Meskipun untuk bisa mewujudkan cita-cita tersebut kita harus susah payah dalam bekerja

Asu belang kalungan wang
( Orang yang memiliki derajat rendah namun kaya raya )

Kata-kata tentang asu ( sebutan anakan anjing dalam bahasa Jawa ) seringkali dikonotasikan dengan hal yang buruk dan rendah. Asu belang kalungan wang selain terdengar buruk, dan kasar namun juga lucu. Ini menggambarkan kondisi masyarakat yang sebenarnya, dimana seringkali orang yang memiliki banyak harta bukan dari kalangan terpelajar ataupun terpandang. Melainkan orang biasa karena kerja kerasnya dia bisa menjadi kaya. 

Asu marani gebuk
( Orang yang sengaja mendekati bahaya )

Dalam kehidupan sehari-hari, hal semacam ini seringkali terjadi. Dimana karena ketidak tahuan atau mungkin karena lupa, seseorang harus berususan dengan hal-hal yang membahayakan dirinya sendiri. Oleh karena itu, perlu bagi kita untuk mawas diri dan berhati-hati dalam bertindak serta mempertimbangkan segala sesuatu sebelum bertindak. Agar kita tidak menemui nasib sial seperti seekor anjing mendekati pentungan.

Kementhus ora pecus 
( Banyak memberi janji, tetapi tidak pernah ada yang ditepati )
Bicara dan berjanji memang mudah. Namun untuk bisa menepati janji-janji tersebut tidak gampang. Lebih baik kita tidak menjanjikan sesuatu bila dirasa kita tidak bisa atau tidak sanggup menepatinya. 

Asu rebutan balung
( Memperebutkan sesuatu yang tidak ada nilainya )

Hampir sama dengan ungkapan "asu golek balung". Dimana orang saling ribut dan bertengkar untuk memperebutkan sesuatu yang tidak ada artinya. 

Cebol nggayuh lintang
( orang kerdil yang ingin menggapai bintang )

Pitutur atau kata bijak ini ditujukan kepada orang-orang yang menginginkan sesuatu namun mustahil untuk diperolehnya.

Cecak nguntal jagak
( Cicak makan pilar )

Pepatah Jawa ini menggambarkan tentang seorang yang mempunyai cita-cita yang tidak seimbang dengan kemampuannya. Sebagai contoh, orang yang tidak memiliki kemampuan dan latar belakang pendidikan namun ingin menjadi menteri. Tentu hal ini tidak masuk akal. Keseimbangan antara konsep mengetahui diri sendiri itulah yang harus dipegang kuat. Orang harus bisa mengukur kemampuan dirinya sendiri serta bisa menyesuaikan cita-citanya itu.

Esuk dele, sore tempe
( Pagi kedelai, sore tempe )
Kata bijak ini menggambarkan tentang seseorang yang tidak bisa dipercaya serta berubah-rubah pendiriannya. Orang yang semacam ini tidak segan membantah apa yang diucapkan sendiri dan berpura-pura lupa tentang apa yang telah diucapkan sebelumnya. Untuk orang yang memiliki sikap seperti ini, jangan sampai anda memberikan kepercayaan besar, karena hal itu akan merugikan diri anda sendiri.

Koyo kethek ketulup
( Seperti kera yang kena peluru sumpit )
Adakah yang mengetahui ekspresi seekor kera yang kena peluru sumpit ? Tentunya kera itu kebingungan karena tidak mengetahui siapa yang bertindak demikian kepadanya. Pitutur Jawa ini menggambarkan seseorang yang bingung, tidak mengetahui apa yang dikerjakannya, tidak mengetahui cara menyelesaikan pekerjaannya dan bingung kepada siapa dia mencari bantuan.

Idu didilat meneh 
( Menjilat ludahnya sendiri )
Berhati-hatilah jika berbicara. Jangan sampai perkataanmu kamu langgar sendiri. Terlebih apabila kamu memiliki janji kepada orang lain.

Kriwikan dadi grojogan 
( Perkara kecil yang berubah menjadi masalah besar )
Akibat menyepelekan masalah yang kecil, seringkali masalah itu menjadi besar dikemudian hari. Menyelesaikan urusan kecil secepat mungkin akan jauh lebih bijaksana bila dibandingkan harus menunda-nunda yang pada akhirnya membawa petaka bagi diri sendiri.

Kuthuk marani sunduk
( Anak ayam yang menghampiri tombak )
Ungkapan ini menggambarkan orang yang mendekati bahaya. Maju kena, mundur kena. Oleh karena tidak ada pilihan maka dia akan memilih maju, karena hal itu bersikap ksatria daripada mereka yang lari dari kenyataan.

Gupak pulute, ora mangan nangkane
( Kena getahnya, tidak mendapat buahnya )
Orang yang mendapatkan kerepotan dan kesulitannya saja, namun tidak menikmati hasil kerja kerasnya. Biasanya ini terjadi pada orang yang rela berkorban. Sehingga ada pihak-pihak tertentu yang ingin mengambil keuntungan darinya. Oleh karenanya, selalu waspada terhadap orang lain. Jangan sampai kebaikan hatimu justru mencelakakan dirimu sendiri. Rela berkorban adalah tindakan yang baik, namun ada baiknya kita memberikan batasan-batasan tertentu.



Kata-kata Bijak bahasa Jawa


Kata Bijak Bahasa Jawa Halus

Berbeda dengan kata bijak kasar, yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah kelewatan atau dalam bahasa Jawa kita mengenalnya dengan sebutan "ndableg". Untuk memberikan sebuah nasehat kepada orang lain. Umumnya kita memberikannya kata bijak Jawa halus atau kita menyebutnya sebagai bahasa Jawa krama. Adapun beberapa contoh kata bijak bahasa Jawa halus diantaranya :

Sabar iku ingaran mustikaning laku 
( Bertingkah laku dengan mengutamakan kesabaran itu diibaratkan melakukan sesuatu yang sangat berharga dalam kehidupan )
Segala sesuatu yang dilakukan dengan dilandasi dengan rasa sabar, akan memiliki hasil yang cenderung lebih baik dibandingkan dengan yang terburu-buru, dengan yang mengedepankan hawa nafsu. Sabar memang mudah diucapkan namun akan terasa sulit apabila kita mempraktekkannya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk bisa bersikap sabar yakni dengan melatih diri, karena kesabaran tidak bisa didapatkan secara instan.

Sangkan paraning dumadi
( Darimana manusia berasal, apa dan siapa dia saat ini, serta apa yang menjadi tujuan hidupnya )
Terdengar sederhana namun memiliki makna yang dalam. Sebuah prinsip hidup orang Jawa yang mengedepankan kepentingan sosial tanpa mengesampingkan kepentingan individu. Karena individu sendiri dituntut harus bisa kuat dan mandiri sehingga dia mampu menciptakan kehidupan yang harmonis dengan pihak lain di tengah hidup bermasayarakat. 

Sawang sinawang
( Saling melihat )
Kata bijak Jawa ini menjelaskan bahwa seringkali orang dalam melihat orang lain sesuai dengan penafsirannya sendiri yang terkadang berbeda dengan realita yang ada. Sebagai contoh saat di jalan dalam kondisi macet dan hujan. Orang yang berada didalam mobil mungkin akan merasa iri dengan pengendara motor karena bisa menyelinap dan cepat sampai di tujuan. Sedangkan pengendara motor juga mempunyai anggapan bahwa pegendara mobil lebih enak karena tidak terkena air hujan serta tidak harus merasa kedinginan. Dalam hidup sebaiknya kita mensyukuri apa yang menjadi milik kita serta tidak mudah iri hati terhadap orang lain. 

Tata tentrem kerta raharja
( Tertib, aman, makmur dan sejahtera )
Mungkin anda secara tidak sengaja pernah mendengar kata-kata ini sebagai visi calon pemimpin politik. Pitutur luhur ini seringkali diidentikkan dengan keadaan atau susana suatu daerah atau bangsa. Pada zaman dahulu, kerajaan di tanah Jawa sering diidentikkan dengan hal ini. Tidak terkecuali di masa kini. Sekarang istilah ini digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk menggambarkan cita-cita kemakmuran bangsanya.

Anak polah bapa kepradah
( Orang tua yang menanggung masalah karena tingkah laku anaknya yang tidak tepat )
Anak merupakan tanggung jawab orang tua. Perilaku atau sifat anak itu sendiri seringkali juga dianggap sebagai warisan dari orang tuanya, meskipun hal ini tidak selamanya benar. Terkadang ada tingkah laku atau perbuatan anak yang menyimpang dari norma yang berlaku di masyarakat.  Orang tua juga harus bertanggung jawab dan menerima konsekuensinya, karena anak itu masih dalam tanggung jawabnya

Eling lan waspada 
( Ingat dan waspada )
Dalam hidup, seseorang harus selalu ingat dan waspada. Apapun itu situasinya. Kita harus ingat bahwa hidup itu hanya sementara, dan pada akhirnya kita akan kembali ke sang pencipta. Waspada bisa diartikan sebagai memerhatikan suara hati serta tanda-tanda alam di sekitar kita sehingga kita lebih bijaksana dalam bersikap dan dalam menjalani kehidupan ini. 



Kata Bijak Bahasa Jawa tentang Kehidupan

Ada banyak sekali kata-kata mutiara bahasa Jawa tentang kehidupan. Hal itu tidak lepas dari kebiasaan orang Jawa itu sendiri yang menjadikan petuah atau nasihat dari leluhurnya untuk dijadikannya pegangan sehari-hari dalam bersikap. Adapun kata bijak bahasa Jawa tentang kehidupan diantaranya :


Kebanjiran segara madu
( kebanjiran madu )
Ungkapan bahasa Jawa ini diartikan sebagai seorang yang mendapat banyak anugerah dan kebahagiaan. Kendati dia sama sekali tidak mengharapkannya. 

Kacang mangsa ninggal lanjaran 
( Kacang yang meninggalkan tiang penyangga pohonnya )
Perilaku seseorang yang tidak bisa lepas darimana dia berasal atau darimana asal-usul keturunannya. Sebagai contoh adalah sikap dan sifat anak yang mirip dengan kedua orang tuanya, serta perilaku seseorang yang terbawa dengan lingkungan tempat tinggalnya.

Kajugrukan gunung menyan
( Tertimpa gunungan kemenyan )
Kata mutiara Jawa ini hampir sama dengan kebanjiran segara madu. Dimana seorang yang dikatakan kejugrukan gunung menyan adalah orang yang mendapat anugerah dan kebahagiian sangat banyak.  Biasanya orang yang mendapat keberuntungan itu adalah orang yang terbiasa berbuat tulus dan ikhlas. Dia tidak akan memikirkan apa balasan atas perbuatan baiknya kepada orang lain

Mikul duwur mendem jero
( Menjaga nama baik orang tua )  
Sudah menjadi sebuah tanggung jawab anak dalam menjaga nama baik kedua orang tuanya. Setiap kebaikan orang tua harus diingat dan seluruh keburukan dari orang tua dijadikannya pelajaran untuk berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. 

Ngunduh wohing pakarti
( Menerima buah perbuatannya )
Nilai dari kata bijak Jawa ini selain bisa kita dapatkan dalam filosofi Jawa juga bisa kita dapatkan dalam pelajaran agama. Karena hal ini sangat bersifat universal. Siapa yang menanam kebaikan, dia juga akan memperoleh kebaikan. Begitu pula sebaliknaya, siapa yang menanam atau berbuat kejahatan, kelak dia akan mendapatkan ganjaran yang setimpal.

Sagalak-galake macan ora bakal mangan gogore
( Seganas-ganasnya harimau, dia tidak akan memakan anaknya sendiri )
Orang tua dan anak diibaratkan dengan harimau dan anaknya. Tidak ada orang tua yang ingin berbuat celaka atau mencelakakan anaknya sendiri. Justru yang sering banyak terjadi adalah anak yang merepotkan orang tua mereka.

Aja metani alane liyan
( Jangan mencari kesalahan orang lain )
Seorang yang suka mencari-cari kesalahan orang lain apapun itu motifnya sering diibaratkan " seneng metani alane liyan". Mencari keburukan orang lain memang mudah namun keburukan diri sendiri seringkali tidak dimengerti. 

Crah agawe bubrah, rukun agawe santosa 
( Pertengkaran akan membuat kekacauan, kerukunan akan membuat sentosa )
 Dalam suatu kelompok entah itu dalam lingkup keluarga atau lingkup yang lebih luas, negara misalnya. Pertikaian anggota kelompok satu dengan yang lainnya akan membuat suasana menjadi kacau dan mudah diadu domba pihak lain. Disisi lain, apabila hidup dalam kelompok bisa saling menjaga kerukunan, maka kesejahteraan bisa diwujudkan.

Digdaya tanpa aji
( Kuat tanpa senjata )
Seorang yang kuat tanpa memiliki senjata. Kekuatan tersebut tidak dimiliki secara fisik melainkan berupa kepandaian dan keahlian khusus yang tidak dimiliki dan berguna bagi orang banyak.

Kaya Dhalang kurang sajen
( Seperti dhalang yang kurang sesajen )
Dimaksudkan kepada orang yang berbicara namun tidak semangat dalam menyampaikannya. Entah itu karena bahwa hasil yang diperolehnya tidak sesuai dengan ekspektasinya atau karena faktor lainnya.  
Diwenehi ati nggrogoh rempela
( Diberi hati malah meminta empedu ) 
 Kata bijak ini menggambarkan sikap orang yang tidak tahu diri. Tidak tahu berterimakasih kepada orang lain yang telah berlaku baik kepadanya. Orang yang seperti ini tidak hanya menjengkelkan. Namun juga seringkali merepotkan keluarga dan orang lain. 
  


50 Kata Bijak bahasa Jawa terlengkap


Selain banyak petuah tentang kehidupan terutama dalam kehidupan sosial, banyak juga kata bijak Jawa yang isinya berkaitan dengan cinta dan kehidupan berumah tangga. Apa saja bijak Jawa tentang cinta, berikut contohnya :

Golek jodho ojo mung mburu endahing warna
( Cari pasangan hidup, jangan hanya dilihat dari penampilannya saja )
Dalam mencari jodoh, sebaiknya kita harus mempertimbangkan banyak hal, terutama sikap, akhlak, serta budi pekertinya. Jangan hanya melihat penampilannya saja. Karena sikap dan akhlak akan jauh lebih langgeng dibandingkan dengan fisik semata.  


Garwa sigaring nyawa 
( Seorang istri ibarat belahan jiwa )
Dalam bahasa Jawa isteri disebut dengan istilah garwa. Garwa kemudian diakronimkan menjadi sigaraning nyawa atau belahan jiwa. Dalam arti yang lebih luas, istri menjadi pendamping hidup seorang pria, bukan atasan atau bawahan melainkan sahabat dan mitra untuk hidup berumah tangga. Oleh karenanya perlu ditekankan bahwa dalam sebuah rumah tangga, tidak ada yang lebih unggul. Semuanya sama dan memiliki perannya masing-masing. 

Gething nyanding
( Semula membenci pada akhirnya mencintai )
Hal ini sangat umum terjadi, dimana orang yang seringkali menaruh benci, pada awalnya ingin mencari segala sesuatu yang dibencinya. Lama kelamaan muncul sifat tertarik, senang dan bahkan diakhiri dengan menikah. Oleh karenanya, jangan sekali-kali kamu terlalu membenci orang lain. Bencilah sekedarnya, siapa tau orang yang kamu benci kelak adalah jodohmu sendiri.  

Isa nembang raiso nyuling, isoh nyawang ora isoh nyanding 
( Tidak bisa memiliki )

Secara luas ungkapan ini ditujukan kepada orang yang mencintai orang lain namun tidak bisa memilikinya. Entah itu karena masalah pribadi atau karena ada faktor lainnya. 




Itulah beberapa kata bijak atau kata mutiara bahasa Jawa yang bisa referensi bagi kita. Kata bijak diatas hanya sebagian kecil dari ratusan kata bijak yang bisa kita temukan dalam adat istiadat Jawa dan didalam surat-surat kuno berbahasa Jawa. Semoga artikel ini bermanfaat bagi anda sekalian. Mari kita bangga dan melestarikan bahasa Jawa, sebagai salah satu kekayaan atau unsur budaya bangsa. 

Posting Komentar untuk "50 Kata Bijak bahasa Jawa terlengkap disertai artinya"