Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pembelajaran Kooperatif Learning, Pengertian, Unsur, Model dan Langkah-Langkahnya

Model pembelajaran kooperatif learning adalah suatu pola pembelajaran yang berbentuk kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan adanya kerjasama antar siswa dalam memahami materi pembelajaran. Esensi tujuan penggunaan model pembelajaran kooperatif, adalah agar peserta didik memiliki kecakapan sosial, diantaranya meliputi kecakapan dalam hal berkomunikasi, kecakapan dalam bekerjasama, bertanggung jawab, kemampuan dalam membuat komitmen, kemampuan saling berbagi, memiliki rasa simpati dan empati dan sebagainya yang terkait dengan kecakapan sosial.  

Pembelajaran Kooperatif Learning

Pengertian Pembelajaran Kooperatif

  • Menurut Slavin ( 1990 ), cooperatif learning adalah suatu model pembelajaran dimana peserta didik belajar dan bekerjasama di dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 ( empat ) sampai 6 ( enam ) orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.   
  • Eggen & Kauchak mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai sekumpulan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru agar peserta didik saling membantu satu sama lain dalam mempelajari sesuatu ( materi pelajaran ). Lebih lanjut, Eggen & Kauchack mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif ini dapat pula dinamakan " belajar teman sebaya ". Artinya bahwa peserta didik dalam kelompok mempelajari materi pelajaran bersama-sama dengan temannya, selama dalam kelompok mereka akan saling berbagi informasi, saling memberikan argumentasi terkait dengan pemahaman masing-masing anggota kelompok untuk mencari suatu pemahaman, saling berbagi tanggung jawab untuk keberhasilan kelompok, dan saling menghargai satu sama yang lain sehingga terjadi harmoni kebersamaan.
  • Menurut Nur ( 2005 ) Seluruh model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran ini berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain.  
  • Menurut Johnson dalam B. Santoso Kooperatif Learning adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil. Siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman secara kelompok.
  • Menurut Nurhadi model pembelajaran kooperatif memiliki arti pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permasalahan.  
  • Lie ( 2002 ) Mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar peserta didik belajar dalam kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakan dengan kegiatan kelompok lain yang dilakukan tanpa adanya perencanaan yang matang.
  • Menurut Gillies dalam Fathurrohman bahwa inti dari pembelajaran kooperatif adalah sinergi. Suatu kekuatan yang merupakan hasil dari kerjasama.   

Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif

A. Saling Ketergantungan Positif ( Positive Interindependence )
Unsur ini memiliki dua konsep yang berbeda yaitu konsep positif dan saling ketergantungan. Kedua konsep ini memiliki korelasi positif. Jika dua orang peserta didik memiliki korelasi positif dalam hasil, yaitu ketika keberhasilan seorang peserta didik terkait dengan keberhasilan yang lain. 

B. Tanggung Jawab Individu ( Individual Accountability )
Akuntabilitas individu : Esensi akuntabilitas individu dalam pembelajaran kooperatif adalah peserta didik belajar bersama, tapi masing-masing anggota kelompok mempunyai tanggung jawab untuk melakukan sendiri tugas-tugas tertentu sebagaimana adanya pembagian tugas yang telah disepakati bersama. Setiap anggota dipastikan tidak menghambat terhadap pekerjaan temannya. 

C. Tatap Muka ( Face-to-face " Promotive" interaction "
Tatap muka mendorong adanya interaksi. Yang penting aktifitas kognitif dan dinamika interpersonal hanya terjadi ketika peserta didik meningkatkan keterlibatan belajar masing-masing. Seperti peserta didik terlibat dalam penjelasan lisan bagaimana memecahkan masalah, mendiskusikan sifat dari konsep yang dipelajari, dan mengaitkan apa yang telah dipelajari saat ini dengan pengetahuan yang didapatkannya di masa lalu. Ini dapat dilakukan apabila peserta didik bertatap muka.  Interaksi seperti itulah yang meningkatkan keterlibatan setiap anggota secara pribadi berkomitmen satu dengan yang lain serta untuk tujuan bersama mereka.

D. Keterampilan Interpersonal dan Kelompok Kecil ( Interpersonal & Small Group Skills )
Dalam kelompok pembelajaran kooperatif, peserta didik belajar materi pelajaran akademik ( taskwork ) dan keterampilan interpersonal dan juga kelompok kecil ( kerja tim ). Dengan demikian, dalam kelompok mereka belajar bagaimana menjadi pemimpin yang efektif, belajar mengambil keputusan, membangun kepercayaan, belajar komunikasi, dan belajar manajemen konflik.

Mengingat kompleksitas keterampilan ini, maka guru harus bisa mendorong kinerja peserta didik untuk mampu mewujudkan kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi berkaitan dengan komponen keterampilan sosial dalam pembelajaran kooperatif. Sebagai peserta didik mengembangkan keterampilan tersebut akan berjalan lebih lancar dan efisien, apabila dilakukan melalui berbagai proyek belajar secara berkelompok.


E. Pengelolaan Kelompok ( Group Processing )
Setelah menyelesaikan tugas-tugas mereka, peserta didik harus diberikan waktu dan prosedur, peserta didik harus diberikan waktu dan prosedur untuk menganalisis seberapa baik kelompoknya berfungsi dalam belajar dan seberapa baik keterampilan sosial yang digunakan.    

Pengolahan group melibatkan dua hal yaitu berkaitan dengan tugas yang harus dikerjakan ( taskwork ) dan kerjasama tim, dengan arahan untuk meningkatkan pada proyek berikutnya. Pengelolaan kelompok dalam pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tujuan diantaranya : [ 1 ] Memungkinkan kelompok untuk meningkatkan kerjasama secara terus menerus dari waktu ke waktu. [ 2 ] Fokuskan perhatian pada kontribusi anggota kelompok dalam rangka meningkatkan akuntabilitas individu. [ 3 ] Membuat proses belajar lebih sederhana melalui perampingan [ 4 ] Mengurangi atau menghilangkan tindakan yang tidak berkontribusi positif terhadap pembelajaran kelompok. 


Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Untuk menciptakan model pembelajaran kooperatif yang kondusif, menurut Arends ( 1997 ) terdapat 6 langkah utama. Secara garis besarnya, keenam langkah tersebut sebagai berikut :
  1. Fase persiapan : Yaitu fase di mana guru menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik untuk belajar.
  2. Fase penyajian materi : Fase di mana guru menyajikan materi atau informasi kepada peserta didik dengan memperhatikan prinsip-prinsip demonstrasi.
  3. Fase kegiatan kelompok : Fase dimana guru mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok besar sesuai dengan karakteristik masing-masing variasi model pembelajaran cooperative learning. 
  4. Fase penugasan : Kegiatan guru memberikan bimbingan kepada kelompok belajar pada saat peserta didik mengerjakan tugas-tugasnya.
  5. Fase evaluasi : Fase pemberian evaluasi yang menuntut masing-masing kelompok menyajikan hasil pekerjaannya di hadapan guru dan kelompok atau peserta didik lainnya.
  6. Fase penghargaan : Fase dimana guru memberikan penghargaan atas upaya dan prestasi yang dicapai oleh setiap kelompok.

Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran akan bermakna dan menarik bagi peserta didik, manakala guru yang membuat variasi pembelajaran yang kondusif sejalan dengan kondisi peserta didik itu sendiri juga kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. Kagan & Kagan ( 2009 ); Leighton ( Cooper, 2011 ) Mengemukakan bahwa dalam pengembangan pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang   Oleh karenanya terdapat beberapa model pembelajaran kooperatif yang bisa digunakan, diantaranya : 
  1. Student Team Achievement Divisioan ( STAD )
  2. Jigsaw
  3. Group Investigation ( GI )
  4. Rotating Trio Exchange 
  5. Group Resume.
Berikut ini penjelasan masing-masing model :

A. Tipe Student Team Achievement Divisioan ( STAD )
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang paling dianggap sederhana, dan untuk membantu peserta didik memahami bersama materi pembelajaran yang berupa konsep-konsep yang kompleks. Adapun langkah-langkah pembelajaran kolaboratif tipe STAD ini adalah sebagai berikut : 
  1. Sebelum pembelajaran, peserta didik berkumpul menurut kelompok STAD masing-masing guru menjelaskan ringkasan materi sekitar 10-15 menit
  2. Guru mempersilahkan para peserta didik berkumpul menurut kelompok STAD masing-masing.
  3. Semua kelompok diminta untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada di dalam LKS sampai tuntas untuk cakupan materi tertentu sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan.
  4. Dalam kelompok setiap peserta didik berdiskusi dan saling bertukar pendapat untuk memformulasi jawabannya.
  5. Salah satu anggota kelompok bertugas menulis jawaban yang telah disepakati bersama
  6. Guru mengumpulkan laporan masing-masing kelompok, kemudian membahasnya.
  7. Guru memberikan kuis, satu atau dua soal yang diambil dari LKS atau soal yang dibuatnya sendiri
  8. Laporan kerja kelompok dikoreksi guru, dikomentari, dinilai, dikembalikan pada pertemuan berikutnya
  9. Hasil kuis dikoreksi dan dibuat daftar kemajuan yang dialami oleh peserta didik.
Menurut Slavin ( 1995 ) Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini terdiri dari 5 ( lima ) komponen utama yaitu penyajian materi, kelompok, kuis, skor peningkatan individu, dan penghargaan.


B. Tipe Jigsaw   
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang masing-masing anggota kelompok harus bertanggung jawab untuk menguasai bagian materi pelajaran dan mampu mengajarkan kembali materi tersebut kepada anggota lain di dalam kelompok ( Arends, 1997; Kagan & Kagan ( 2009 ). Tipe jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain ataupun temannya. Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaannya bisa mengikuti panduan berikut ini :
  1. Guru mensosialisasikan kepada peserta didik tentang model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang akan digunakan sebagai setiing pembelajaran dengan menggunakan bahasa yang dapat dipahami peserta didik.
  2. Guru dan peserta didik menyepakati pembentukan kelompok-kelompok asal.
  3. Guru dan peserta didik pada semua kelompok asal menyepakati pembagian kelompok ahli dan membagi tugas untuk masing-masing ahli.
  4. Guru dan peserta didik menyepakati pembagian waktu yang digunakan oleh kelompok ahli untuk berdiskusi dan waktu yang digunakan oleh kelompok asal untuk melakukan pentutoran teman sebaya.
  5. Kelompok ahli dipersilahkan bekerja pada masing-masing kelompok, untuk mendiskusikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya selama waktu yang telah disepakati.
  6. Setelah kelompok ahli selesai membahas tugasnya, masing-masing ahli kembali di kelompok asal.
  7. Di kelompok asal, masing-masing ahli menjelaskan kepada ahli yang lain secara bergiliran tentang tugas yang menjadi tanggung jawab masing-masing ahli. Ahli yang menerima penjelasan mengelaborasi untuk melengkapi tugas secara keseluruhan, dalam hal ini guru hendaknya memperhatikan dan membimbing agar terjadi proses pentutoran secara efektif.
  8. Guru menunjuk secara acak salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok yang lain mencermati, menanggapi, bertanya, menjelaskan, dan menyempurnakan laporan masing-masing.
  9. Guru mengumpulkan hasil laporan kelompok untuk selanjutnya dikoreksi, dinilai, dan dikembalikan pada pertemuan berikutnya, dan mengumumkan nilai-nilai kelompok serta memberikan penghargaan kepada kelompok yang paling unggul.

C.  Tipe Investigasi kelompok ( Group Investigation )
Kagan & Kagan ( 2009 ) Mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok, peserta didik membentuk kelompok, kepentingannya adalah peserta didik bekerja bersama-sama pertamanya untuk memahami suatu konsep, kemudian bekerja sama untuk menerapkan pengetahuannya dengan menciptakan proyek atau presentasi. Dengan investigasi kelompok, kelas menjadi masyarakat investigasi, dan menyintesis temuannya dalam presentasi kelompok untuk kelas. Peran umum guru adalah untuk membuat peserta didik menyadari banyaknya sumber daya yang dapat membantu saat melakukan penyelidikan. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok ini menurut Kagan & Kagan ( 2009 ) meliputi enam langkah, sebagaimana dikemukakan sebagai berikut :
  1. Identifying the topic and organizing pupils into research groups.  Tahap 1 Guru : Mengidentifikasi topik dan mengorganisasi peserta didik ke dalam kelompok investigasi. Dalam hal ini perlu diperhatikan adanya keseimbangan dalam mengatur peserta didik dalam kelompok heterogen dan kebutuhan untuk memungkinkan peserta didik memilih topik penyelidikan.
  2. Planning the learning task. Tahap 2, setiap anggota kelompok atau pasang anggota kelompok menentukan subtopik untuk penyelidikan. Kelompok dalam grupnya memutuskan apa dan bagaimana untuk belajar. Mereka juga menetapkan secara bersama-sama tujuan belajar.
  3. Carrying out the investigation.  Tahap 3, Yaitu terciptanya komunikasi multilateral yang mengutamakan peserta didik berkomunikasi dengan kolaborator, guru, kelompok lain, dan narasumber lainnya. Mereka mengumpulkan informasi, menganalisis dan mengevaluasi data dan mencapai kesimpulan.
  4. Preparing the final report. Tahap 4, menyiapkan laporan akhir. Peserta didik menyiapkan laporan, peristiwa, atau ringkasan. Peserta didik mengatur, abstrak, dan menyintesis informasi. Kelompok memutuskan isi dan format presentasi mereka; komite pengarah dan perwakilan kelompok mengkoordinasikan kinerja kelompoknuya.
  5. Presenting the final report. Tahap , menyajikan laporan akhir. Penyajian hasil kerja kelompok dapat berupa pameran, sandiwara, debat, dan laporan bentuk lainnya yang dapat diterima sebagaimana telah diformat.
  6. Evaluation. Tahap 6, Tahap penilaian. Dalam penilaian diutamakan pada penilaian level pembelajaran tingkat tinggi, seperti mengutamakan pada aplikasi, sintesis, data kesimpulan. Guru dan peserta didik mungkin berkolaborasi dalam penilaian, kemudi komite dapat bekerja dengan guru dalam menciptakan penilaian.     

D. Tipe Pendekatan Struktural
Tipe pembelajaran ini memberi penekanan pada penggunaan struktur yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik. Tujuannya adalah peserta didik bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih menekankan kepada penghargaan kooperatif daripada individual. Dalam pelaksanaannya, terdapat dua macam struktur pembelajaran, yaitu struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan perolehan akademik peserta didik, dan struktur yang dirancang untuk mengajarkan keterampilan sosial atau keterampilan kelompok. Ada 2 macam struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan perolehan akademik atau untuk mengecek pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran, yakni : Think-Pair-Share dan Numbered-Head-Togather. Sedangkan untuk mengajarkan keterampilan sosial yakni : Active listening dan time token. 

  • Think-Pair-Share
Strategi think-pair-share ini meningkatkan kemampuan komunikaksi secara pribadi yang diperlukan bagi peserta didik untuk memproses secara intern, mengatur, dan mempertahankan ide-ide, dan dalam berbagai gagasan, peserta didik mampu menegoisasi makna daripada hanya mengandalkan apa yang telah disampaikan guru. Adapun langkah-langkahnya, sebagaimana yang disampaikan oleh Kagan ( 2009 ) Teacher Vision ( 2000 ) adalah sebagai berikut ini :
  1. Tahap berpikir ( Thingking ), yaitu guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik, dan sebelum menjawab pertanyaan peserta didik diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
  2. Tahap pasangan, ( Pairing ). Guru meminta peserta didik untuk berpasangan dengan peserta didik lainnya untuk berdiskusi apa yang telah dipikirkan oleh masing-masing. Pada tahap ini diharapkakan peserta didik berbagi jawaban dengan pasangannya dalam waktu sekitar 4 atau 5 menit.
  3. Tahap berbagi ( Share ) Guru meminta pada setiap pasangan melalui perwakilannya untuk berbagi dengan cara melaporkan hasil kerjasamanya kepada seluruh peserta didik di kelas secara bergiliran tentang apa yang telah didiskusikannya.   

  •   Numbered-Head-Togather
Strategi ini mendorong peserta didik untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar dalam belajar, baik untuk dirinya sendiri dan belajar dari sama lain, serta dari guru. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
  1. Penomoran, yaitu guru membagi peserta didik dalam kelompok yang beranggota misalnya  orang. Masing-masing anggota kelompok diberi nomor secara urut yakni 1 sampai 4.
  2. Pertanyaan atau masalah, yaitu guru mengajukan pertanyaan atau permasalahan pada seluruh kelas sesuai dengan materi pelajaran yang dibahas pada saat itu. 
  3. Berpikir bersama. Yaitu guru meminta peserta didik untuk mendiskusikan dalam kelompoknya jawaban atas pertanyaan atau masalah yang diajukannya. Dengan demikian setiap anggota harus meyakinkan bahwa dalam timnya mengetahui jawaban tersebut.
  4. Menjawab pertanyaan. Guru menentukan suatu nomor secara acak dari salah satu anggota kelompok untuk mengemukakan jawaban di hadapan teman kelasnya. Hal ini dapat dilakukan secara berulang pada nomor yang sama dari kelompok yang berbeda.

E. Tipe Teams -Games - Tournaments ( TGT )
Tipe Teams-Games-Tournaments ( TGT ) merupakan salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah untuk diterapkan. Aktitifitas belajar dalam model ini adalah permainan yang memungkinkan siswa untuk belajar lebih rileks di samping menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar. Dalam tipe pembelajaran ini dibentuk beberapa kelompok, yang kemudian setiap kelompok diberikan lembar kerja oleh guru, dalam pembelajaran model ini biasanya akan didapatkan tim terbaik berdasarkan jumlah skor yang didapatkan.

   

Keunggulan Pembelajaran Kooperatif

Sejalan dengan berbagai hasil penelitian. Banyak yang memberikan gambaran bahwa pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan-keunggulan, diantaranya adalah :
  1. Dapat meningkatkan kreatifitas belajar peserta didik yang kondusif untuk meningkatkan prestasi akademiknya.
  2. Dapat meningkatkan daya ingatan dan pemahaman peserta didik karena mereka saling berbagi informasi.
  3. Dapat meningkatkan kepuasan peserta didik dengan pengalaman belajar, karena mereka berinteraksi satu dengan yang lainnya.
  4. Dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan keterampilan berkomunikasi secara lisan.
  5. Dapat menumbuh kembangkan keterampilan sosial peserta didik.
  6. Dapat meningkatkan rasa percaya diri peserta didik
  7. Dapat membantu meningkatkan hubungan positif antar peserta didik dan guru.
Menurut Ibrahim, dkk. Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk peserta didik yang hasil belajarnya rendah, sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan. Cooper mengungkapkan keuntungan dari model pembelajaran kooperatif antara lain :
  1. Peserta didik mempunyai tanggung jawab dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
  2. Peserta didik dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
  3. Mampu meningkatkan daya ingat peserta didik
  4. Meningkatkan kepuasan peserta didik terhadap materi pembelajaran.   
Selain beberapa kelebihan diatas, Suyadi juga mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan karakter pada anak. Karakter yang bisa terbentuk melalui pembelajaran kooperatif diantaranya :  
  1. Kepedulian sosial. Dalam pembelajaran kooperatif, peserta didik yang pandai harus peduli terhadap peserta didik yang kurang pandai. Jika hal ini dipahami secara luas, maka dalam kehidupan sosial peserta didik akan memiliki kepekaan sosial yang tinggi seperti peduli terhadap fakir miskin dan juga pengangguran. 
  2. Tanggung jawab. Peserta didik yang pandai bertanggung jawab mengajari temannya yang kurang pandai sementara peserta didik yang kurang pandai bertanggung jawab untuk dapat berperan dengan semaksimal mungkin di dalam kelompok. Adapun sikap tanggung jawab secara personal akan tumbuh dengan sendirinya seiring dengan tumbuhnya jiwa tanggung jawab sosial.
  3. Toleransi. Anggota kelompok yang terdiri dari peserta didik yang heterogen dapat melatih setiap siswa untuk bisa menerima perbedaan temannya. Siswa yang pandai matematika akan lebih menghargai temannya yang panda mata pelajaran olahraga.
  4. Kerja keras. Dalam pembelajaran kooperatif, keterampilan untuk bekerja keras pada peserta didik akan bisa terasah. Setiap peserta didik akan melaksanakan tugas sebaik mungkin demi keberhasilan kelompok.
  5. Cinta tanah air dan semangat kebangsaan.
  6. Bersahabat dan komunikatif
  7. Cinta damai. Sikap toleransi yang sudah terbangun pada setiap peserta didik akan melahirkan cinta damai.     

Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif juga memiliki beberapa kekurangan, diantaranya : 
  1. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, baik itu tenaga, waktu dan pikiran.
  2. Diskusi kelompok rentan didominasi oleh satu anak saja, hal ini menyebabkan siswa yang lain menjadi pasif.
  3. Memerlukan waktu yang cukup lama untuk bisa mengerti filosofi pembelajaran kooperatif.
  4. Tanpa adanya per teaching yang efektif, bisa jadi cara belajar kooperatif membuat siswa tidak memahami apa yang seharusnya dipahami.
  5. Penilaian yang diberikan didasarkan pada hasil kelompok
  6. Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang cukup lama.
  7. Kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak akifitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan pada kemampuan secara individual.
Datar Pustaka
  1. B, Santos. 1999. " Cooperative Learning : Penerapan Tekhnik Jisaw Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SLTP" Dalam Buletin Pelangi Pendidikan. Vol.1.No.1.1999.
  2. Slavin, Robert E. Cooperative Learning : Teory Riset dan Praktik, penerjemah : Narulita Yusron. Bandung : Nusa Media.
  3. Sumarsih.2009. " Implementasi Teori Pembelajaran Konstruktivistik dalam Pembelajaran Mata Kuliah Dasar-Dasar Bisnis " dalam Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, vol. VIII.No.1-tahun 2009.
  4. Suparmi.2012. Pembelajaran Kooperatif Dalam Pendidikan Multikultural. Dalam Jurnal Pembangunan Pendidikan : Fondasi dan Aplikasi , Volume 1, Nomor 1, Juni, 2012.
  5. Suyadi. 2013. Stretegi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung ; Remaja Rosdakarya.

Demikian penjelasan mengenai pembelajaran kooperatif learning, pengertian, unsur, model dan langkah-langkahnya. Semoga bermanfaat bagi semua pembaca. 

Posting Komentar untuk "Pembelajaran Kooperatif Learning, Pengertian, Unsur, Model dan Langkah-Langkahnya"