Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Metode Pembelajaran Discovery Learning, Pengertian, Ciri, Fungsi dan Langkah-Langkahnya

Model pembelajaran discovery learning adalah suatu model yang digunakan untuk mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Pada kegiatan ini guru hanya memberikan masalah dan anak yang memecahkan masalah melalui percobaan. Dalam hal ini guru memberikan masalah dengan mengajukan pertanyaan, sehingga anak termotivasi untuk mencari jawabannya melalui percobaan.

Metode Pembelajaran Discovery Learning,


Metode discovery mulai banyak diterapkan oleh guru-guru di Indonesia. Model pembelajaran discovery atau model pembelajaran penemuan merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. 

Teory pembelajaran discovery learning dipopulerkan oleh Jerome S. Bruner yang menyatakan bahwa dengan mengaplikasikan discovery dapat mendorong peserta didik untuk mengajukan pertanyaan dan menarik simpulan dari prinsip-prinsip umum berdasarkan pengalaman dan kegiatan praktis. Peserta didik harus berperan secara aktif dalam proses pembelajaran.

Di artikel kali ini kami akan membahas sedikit banyak mengenai discovery learning yakni tentang definisi, ciri-ciri, fungsi dan tahap-tahapannya. 



 

Pengertian Discovery Learning


  • Menurut M.Hosnan discovery learning adalah suatu model untuk mengambangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Melalui belajar penemuan, peserta didik juga bisa berpikir analisis  dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi. Peserta didik didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dan guru mendorong peserta didik untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.      
  • Menurut Hanafiah model penemuan ( discover ) merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan siswa secara maksimal untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga siswa dapat menemukan sendiri  pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan tingkah laku.
  • Menurut Bruner ( 1960 ) belajar dengan penemuan ( discover ) adalah belajar untuk menemukan. Seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang nampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahannya. 
  • Menurut Sund dan Roestiyah discovery ( penemuan terbimbing ) adalah proses mental saat siswa mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut adalah mengamati, mencerna, mengerti, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. 
  • Menurut Ruseffendi (2006:329), metode Discovery Learning adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. 

Ciri-Ciri Discovery Learning

Masih menurut Sund dan Roestiyah, terdapat beberapa ciri-ciri yang membedakan metode pembelajaran discovery learning dengan metode pembelajaran lainnya, berikut ciri-cirinya : 
  1. Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif
  2. Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, serta tidak akan mudah dilupakan siswa.
  3. Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan dan ditransfer dalam situasi lain.
  4. Dengan menggunakan strategi penemuan, anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri.
  5. Dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapinya sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat. 

Jenis dan Bentuk Discovery Learning :

Menurut Suprihatiningrum (2014:244), terdapat dua cara dalam pembelajaran penemuan (Discovery Learning), yaitu:
  • Pembelajaran penemuan bebas (Free Discovery Learning) yakni pembelajaran penemuan tanpa adanya petunjuk atau arahan. 
  • Pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning) yakni pembelajaran yang membutuhkan peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajarannya. 
Sedangkan menurut (Oemar Hamalik, 2009:187) Discovery Learning dapat dilaksanakan dalam komunikasi satu arah atau komunikasi dua arah bergantung pada besarnya kelas, penjelasannya sebagai berikut :  

  • Sistem satu arah. Pendekatan satu arah berdasarkan penyajian satu arah yang dilakukan guru. Struktur penyajiannya dalam bentuk usaha merangsang siswa melakukan proses discovery di depan kelas. Guru mengajukan suatu masalah, dan kemudian memecahkan masalah tersebut melalui langkah-langkah discovery.
  • Sistem dua arah. Sistem dua arah melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaanpertanyaan guru. Siswa melakukan discovery, sedangkan guru membimbing mereka ke arah yang tepat atau benar.

Fungsi Model Pembelajaran Discovery Learning

Ada beberapa fungsi model pembelajaran discovery learning, yakni sebagai berikut :
  1. Membangun komitmen di kalangan peserta didik untuk belajar, yang diwujudkan dengan keterlibatan, kesungguhan, dan loyalitas terhadap mencari dan menemukan  sesuatu dalam proses pembelajaran.   
  2. Membangun sikap aktif, kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Tujuan Pembelajaran Discovery Learning

  1. Meningkatkan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam memperoleh dan memproses perolehan belajar.
  2. Mengarahkan para peserta didik sebagai pelajar seumur hidup
  3. Mengurangi ketergantungan kepada guru sebagai satu-satunya informasi yang diperlukan oleh para peserta didik.
  4. Melatih peserta didik mengeksploitasi atau memanfaatkan lingkungan sebagai informasi yang tidak akan pernah tuntas dipelajari.  
Tujuan lain dari metode penemuan ( discovery learning ) dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut ini : 
  1. Mengembangkan sikap, keterampilan, kepercayaan siswa dalam memutuskan sesuatu secara tepat dan obyektif. 
  2. Mengembangkan kemampuan berpikir agar lebih tanggap, cermat dan melatih daya nalar ( kritis, analitis dan logis )
  3. Membina dan mengembangkan sikap rasa ingin tahu.
  4. Menggunakan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor mau belajar

Prosedur ( Langkah-Langkah ) Model Discovery Learning

Dalam mengaplikasikan model pembelajaran discovery learning. Ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar, mengajar secara umum sebagai berikut ini :

A. Langkah persiapan
Persiapan yang dilakukan dalam pembelajaran discovery learning terdapat beberapa langkah yaitu sebagai berikut : 
  1. Menentukan jumlah pembelajaran
  2. Melakukan identiifikasi karakteristik peserta didik,  antara lain kemampuan awal, minat dan gaya belajar.
  3. Memilih materi pembelajaran
  4. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif
  5. Mengembangkan bahan-bahan belajar berupa contoh-contoh, ilustrasi, dan tugas
  6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang kongkrit ke abstrak.
  7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik
B. Stimulasi
Pertama-tama pada tahap ini, peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran berbasis masalah ( PBM ) dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktifitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisiinteraksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengekploitasi bahan. Dalam hal ini bruner membeikan stimulasi dengan menggunakan teknik bertanya, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan peserta didik pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. 

C. Pernyataan / Identifikasi Masalah ( Problem Statement )
Seorang guru harus memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumusakan dalam bentuk hipotesis. Sedangkan menuurut permasalahan yang dapat dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.

Memberikan kesempatan peserta didik untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun kepribadian peserta didik agar terbiasa untuk menemukan suatu masalah.


D. Pengumpulan Data ( Collection )
Disaat eksplorasi berlangsung, guru juga memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pengumpulan data berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan ( collection ) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mangamati obyek, wawancara dengan narasumber, uji coba sendiri dan sebagainya.

Konsekuensi dari tahap ini adalah peserta didik belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja peserta didik menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

E. Pengolahan Data ( Processing )
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh siswa baik melalui wawancara, observasi dan sebagainya, lalu kemudian ditafsirkan. Semua informasi hasil bacaan, wawancara dan obeservasi, dan sebagainya, semua diolah secara acak, diklarifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.

Data proscessing dilakukan suatu proses ketegorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut peserta didik akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban / penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.

 
F. Pembuktian ( Verification )
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan scara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesa yang ditetapkan tadi dengan pertemuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data proccessing. Verification bertujuan untuk membuktikan bahwa proses belajar dapat berlangsung efektif, inovatif, creatif dan menyenangkan ketika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan seuatu konsep, teori, aturan dan pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

G. Generalisasi
Generalisasi atau menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.

Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan maka peserta didik harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas dan mendasari pengalaman seseorang serta pentingnya suatu proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.


Selain tahap-tahap yang telah disebutkan diatas, Kurniasi dan Sani mengemukakan tahap pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :
  1. Guru memaparkan topik yang akan dikaji, tujuan belajar, motivasi dan memberikan penjelasan secara singkat.
  2. Guru mengajukan permasalahan atau pertanyaan yang terkait dengan topik yang akan dikaji.
  3. Kelompok merumuskan hipotesis dan merancang percobaan atau mempelajari tahapan percobaan yang dipaparkan oleh guru, LKS atau buku. Guru membimbing dalam merumuskan hipotesis dan merencanakan percobaan.
  4. Guru memfasilitasi kelompok dalam melaksanakan percobaan.
  5. Kelompok melakukan percobaabn atau pengamatan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis.
  6. Kelompok  melakukan percobaan atau pengamatan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis.
  7. Kelompok mengorganisasikan dan menganalisis data serta membuat laporan hasil percobaan atau pengamatan.
  8. Kelompok mengemukakan hsail pembelajaran dan mengemukakan konsep yang ditemukan. Guru membimbing siswa dalam mengonstruksi konsep berdasarkan hasil investigasi.
Berdasarkan pendapat lain, langkah-langkah dalam pembelajaran discovery adalah sebagai berikut :
  • Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
  • Guru membagi petunjuk praktikum eksperimen
  • Peserta didik melaksanakan eksperimen di bawah pengawasan guru
  • Guru menunjukkan gejala yang diamati
  • Peserta didik menyimpulkan hasil eksperimen

Kelemahan dan Kelebihan Discovery Learning

Keunggulan model pembelajaran discovery learning adalah sebagai berikut :
  1. Membanntu siswa secara aktif mengembangkan sendiri penguasaan keterampilan dan proses kognitifnya
  2. Pengetahuan yang diperoleh bersifat pribadi
  3. Membangkitkan semangat belajar siswa
  4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk bisa bergerak maju sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri.
  5. Siswa lebih terasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar

Adapun kelemahan model pembelajaran discovery learning adalah : 
  1. Adanya kesenjangan dalam mengembangkan gagasan antara siswa yang lamban dan siswa yang pandai.
  2. Model pembelajaran ini kurang berhasil apabila digunakan untuk mengajar kelas yang besar.
  3. Akan mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan pengajaran secara tradisional
  4. Mementingkan perolehan pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan.
  5. Keterbatasan fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide baru.
  6. Kurang memberi kesempatan untuk bisa berfikir kreatif, jika pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru.
Menurut Kurniasih dan Sani, metode discovery learning memiliki beberapa kelebihan, diantaranya :
  1. Menimbulkan rasa senang kepada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil  
  2. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.
  3. Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
  4. Siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
Selain itu ada beberapa pendapat lain yang mengemukakan kelemahan dari model pembelajaran discovery yakni sebagai berikut :
  1. Anak harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini. Anak harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.
  2. Bila kelas terlalu besar, penggunaan teknik ini akan kurang berhasil.
  3. Bagi guru dan anak yang sudah terbiasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik pengajaran discovery.
  4. Proses mental itu terlalu mementingkan proses dan pengertian saja, kurang memperhatikan pengembangan pembentukan sikap dan keterampilan bagi anak.
  5. Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif.

Daftar Pustaka
  • Prayitno. 2008. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka
  • Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
  • Nanang., Hanafiah dan Cucu Suhada. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : Refika Aditama
  • Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan. Surabaya: Kata Pena
  • Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia
  • Presetyo, Shandy dkk. 2015. " Eksperimentasi Model Pembelajaran Discovery Learning ( DI ) dan Problem Based Learning ( PbI ) Pada Materi Bangun Ruang Ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri Se-Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2014/2015". Elektronik Pembelajaran Matematika. Surakarta : FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
  • Veerman, k. 2003. Intelligent Support for Discovery Learning. Twente: Twente University Press.

Posting Komentar untuk "Metode Pembelajaran Discovery Learning, Pengertian, Ciri, Fungsi dan Langkah-Langkahnya"