Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mau masuk Perguruan Tinggi Negeri, perlukah mengikuti Bimbingan Belajar ??

Perlukah les bagi siswa yang mau masuk Perguruan Tinggi Negeri ?? Akhir-akhir ini di daerah tempat tinggal saya, saya sering menemukan iklan mengenai Bimbingan Belajar serta tryout yang ditujukan terutama bagi anak-anak akhir SMA. Iklan tersebut berbentuk selebaran yang sengaja ditempel di tepi jalan raya dengan harapan pengendara dapat mudah membacanya. Ada sesuatu yang menggelitik dari bahasa yang dipakai iklan yang dimaksudkan. Dengan mengambil tokoh Bapak BJ. Habibie sebagai background, serta di bagian depan iklan bertulisakan " Orang Pintar Tidak Harus Belajar di Bimbel yang Mahal " Bimbingan belajar yang dimaksudkan mencoba menawarkan layanan yang bermutu namun dengan biaya yang terjangkau. 



Memang jauh-jauh hari mendekati Ujian Nasional serta SBMPTN beberapa bimbingan belajar gencar melakukan promosi baik itu di lingkungan sekolah maupun di berbagai tempat-tempat umum lainnya. Saya sendiri mendapatkan 3 brosur dari bimbingan belajar yang berbeda ketika mengambilkan raport adik saya yang masih duduk di kelas XII SMA. Untuk bisa melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri memang tidaklah mudah, selain harus bisa menyelesaikan pendidikan di bangku SMA serta dinyatakan lulus, siswa SMA juga harus melalui seleksi yang ditentukan oleh pihak panitia. Seleksi yang harus dilalui adalah ujian tertulis. Memang untuk bisa masuk ke Perguruan Tinggi Negeri selain melalui proses seleksi, juga ada jalur prestasi yang bisa diikuti dengan cara melampirkan nilai-nilai raport dari semester 1 sampai semester 5. Lantas bagaimana dengan nasib adik saya yang mempunyai nilai dalam batas rata-rata? mau tidak mau dia harus mengikuti proses ujian tertulis, karena apabila menempuh jalur prestasi jelas nilainya akan kalah bersaing dengan siswa lainnya.

Lantas apa hubungannya bimbingan belajar dengan seleksi masuk perguruan tinggi ?? Jadi begini, beberapa Bimbingan Belajar menyediakan layanan pembelajaran dikhususkan untuk menghadapi SBMPTN yang dilakukan serentak oleh seluruh Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia. Memang menurut pengalaman yang pernah saya alami, soal-soal seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri jauh lebih susah dibandingkan dengan soal-soal yang biasa diujikan di lingkungan sekolahan. Bimbingan belajar biasanya menyediakan bank soal yang pernah keluar dari tahun ke tahun serta akan membahas pola soal yang sering keluar. Selain melalui Bimbingan Belajar, untuk bisa mengetahui pembahasan soal-soal yang sering keluar, kita bisa saja membeli buku kumpulan soal SBMPTN yang banyak dijual di toko buku. Namun ada satu hal yang mungkin tidak bisa kita dapatkan apabila kita belajar dari kebanyakan buku yang beredar yakni cara penalaran soal.

Sebagai contoh, apabila selama ini kita menjawab soal dengan mencari jawaban pasti, maka di Bimbingan Belajar kita diajarkan untuk menelaah soal dan mencocokkannya dengan jawaban. Kita tidak harus mencari jawaban namun memilih jawaban yang menurut kita masuk akal dan mendekati kebenarannya. Mengapa demikian? Semua itu karena terkendala waktu mengerjakan. Saat mengikuti ujian masuk perguruan tinggi kita diberikan waktu yang terbatas untuk bisa mengerjakan semua soal dan memilih jawaban yang tepat. Bila dirata-rata untuk mengerjakan satu soal kita hanya diberikan waktu tidak sampai dengan 1,5 menit, olehkarenanya di Bimbingan Belajar, kita tidak hanya diajarkan mengenai pendalaman materi saja melainkan juga manajemen waktu serta penalaran soal. Kita tidak harus mengerjakan soal yang diujikan toh instruksi di lembar kerja kita, kita diminta untuk memilih jawaban bukan mengerjakan soal.

Namun perlu tidaknya siswa akhir SMA mengikuti Bimbingan Belajar, harus kita disesuaikan dengan kebutuhan siswa itu sendiri, selain itu juga harus melibatkan pertimbangan dari orang tua. Orang tua serta anak harus bisa memahami kemampuan diri untuk mengambil keputusan perlu tidaknya mengikuti Bimbingan Belajar. Ada berbagai hal yang harus kita pertimbangan sebelum memutuskan untuk memasukkan anak atau keluarga kita masuk ke Bimbingan Belajar, diantaranya :

  1. Seusiakan dengan minat anak. Hal ini penting karena tidak semua anak ingin mengikuti program belajar di Bimbingan Belajar. Adakalanya anak ingin belajar secara mandiri dan akan jauh lebih efektif apabila belajar tanpa ada paksaan. Akan terasa sia-sia apabila kita memasukkan anak ke Bimbingan Belajar namun tidak diimbangi dengan minat belajar dari yang bersangkutan.
  2. Pertimbangkan ada tidaknya tutorial di sekolah. 6 bulan mendekati ujian kelulusan, biasanya pihak Sekolah mengadakan tutorial tambahan di luar jam sekolah dengan tujuan untuk mempersiapakan siswa mengahadapi Ujian Nasional serta menghadapi Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Bila pihak sekolah mengadakan tutorial bersama, alangkah lebih baik anak diikutkan program tersebut karena selain lebih murah, materi yang disampaikan tentu juga tidak kalah lengkap.
  3. Pertimbangkan biaya masuk Bimbingan Belajar. Kebutuhan akan biaya pendidikan di akhir bangku SMA tidaklah sedikit, pertimbangkanlah biaya masuk bimbingan belajar. Bagi masyarakat yang tergolong mampu, tentu tidak ada masalah guna mengkikutsertakan anaknya ke Bimbingan Belajar, namun hal tersebut tidak berlaku bagi masyarakat yang masuk ke dalam golongan ekonomi ke bawah. Bila harus memilih tentu saja kita lebih memilih anggaran yang ada digunakan untuk mempersiapkan anak masuk ke perguruan tinggi bila dibandingkan guna membayar Bimbingan Belajar. Olehkarenanya sebelum memutuskan mengikutsertakan anak ke Bimbingan Belajar, hitung kembali anggaran yang telah disiapkan.
  4. Pertimbangkan pula waktu. Perlu kita ketahui bersama, bahwasanya kegiatan siswa di sekolah sangat padat, belum lagi beberapa diantaranya mengikuti ekstrakulikuler serta kegiatan keorganisasian baik itu di lingkungan sekolah maupun di lingkungan sosial kemasyarakatan. Sebagai contoh, adik saya selain mengikuti kegiatan pecinta alam di sekolah juga aktif berorganisasi di lingkungan gereja. Saya sendiri tidak pernah melarang dia untuk berorganisasi. Asalkan hal itu positif serta dapat membagi waktu, tidak ada salahnya dia berorganisasi. Namun secara tidak langsung hal itu juga berdampak pada waktu belajar yang sedikit terganggu. Polanya : pulang sekolah, makan, istirahat sebentar, pergi berkegiatan, pulang, mandi, belajar. Dalam hal ini anak juga harus bisa mengatur waktu agar bisa mengikuti kegiatan Bimbingan Belajar secara efektif dan efisien. Jangan sampai kita sudah membayar mahal namun justru anak tidak bisa mengikutinya karena kendala waktu.
  5. Lokasi Bimbingan Belajar. Selain waktu, pertimbangkan lokasi serta jarak Bimbingan Belajar dari tempat tinggal kita. Mungkin akan terasa lebih nyaman apabila kita mengukutsertakan anak kita ke Bimbingan belajar yang lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal kita. 

Lantas kesimpulannya bagaimana? Apakah pelajar yang mau masuk Perguruan Tinggi Negeri perlu mengikuti Bimbingan Belajar ? Disini saya tidak bisa memberikan jawaban pasti karena semua tergantung dari kemampuan pribadi masing-masing. Apabila dirasa materi yang di dapatkan di lingkungan sekolahan kurang, serta memiliki cukup biaya, tidak ada salahnya mengikuti program Bimbingan Belajar. Namun apabila dirasa materi yang diberikan cukup, kita hanya cukup mengembangkan saja serta banyak berlatih soal untuk bisa mengadapi  Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri.

Bagaimana menurut anda ? Apakah Siswa yang mau masuk Perguruan Tinggi Negeri perlu mengikuti Bimbingan Belajar ? 

Posting Komentar untuk "Mau masuk Perguruan Tinggi Negeri, perlukah mengikuti Bimbingan Belajar ??"